1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Sebab Melkisedek ini adalah raja Salem dan imam Tuhan Yang Maha Tinggi. Dia bertemu Abraham ketika Abraham kembali setelah mengalahkan para raja, dan ia memberkati Abraham.
2 Abraham pun memberikan kepadanya sepersepuluh dari semuanya. Pertama-tama, nama Melkisedek berarti "raja kebenaran", dan juga raja Salem berarti "raja damai".
3 Ayahnya tidak diketahui, ibunya tidak diketahui, silsilahnya tidak diketahui, awal dan akhir hidupnya juga tidak diketahui. Namun ia dibuat serupa seperti Anak Allah, yang tetap menjadi imam untuk selama-lamanya.
4 Lihatlah betapa agungnya orang ini, yang kepadanya Abraham, bapa leluhur kita, memberikan sepersepuluh dari rampasan yang pertama.
5 Sesungguhnya mereka yang termasuk keturunan Lewi lah yang menerima jabatan imam, yang menerima perintah untuk mengambil persepuluhan dari umat menurut hukum (Torah), yaitu dari saudara-saudara mereka, meskipun mereka adalah keturunan Abraham.
6 Namun Melkisedek, yang bukan dari keturunan mereka, menerima persepuluhan dari Abraham dan memberkati dia yang memiliki janji-janji itu.
7 Tidak dapat dibantah, bahwa yang lebih rendah diberkati oleh yang lebih tinggi.
8 Di sini, manusia fana lah yang menerima persepuluhan, tetapi di sana Ia, yang tentang Dia diberi kesaksian bahwa Ia hidup, Ialah yang menerima persepuluhan.
9 Maka dapatlah dikatakan, bahwa Lewi, yang menerima persepuluhan, juga memberikan persepuluhan melalui Abraham.
10 Sebab Lewi masih berada di dalam pinggang bapanya ketika Melkisedek bertemu dengan Abraham.
11 Maka jika kesempurnaan dapat dicapai melalui keimaman Lewi - sebab hukum (Torah) diberikan kepada umat berdasarkan keimaman itu - mengapa masih diperlukan seorang imam lain menurut peraturan Melkisedek, dan bukan menurut peraturan Harun?
12 Sebab ketika keimaman berubah, maka dengan sendirinya hukum juga berubah.
13 Sebab Melkisedek yang dimaksudkan di sini, adalah berasal dari suku lain, yang dari suku itu tidak seorang pun pernah melayani di mezbah.
14 Sebab jelaslah bahwa Tuan kita berasal dari suku Yehuda, dan tentang suku itu Moshe tidak berbicara apa pun mengenai keimaman,
15 dan lebih jelas lagi, bahwa menurut rupa Melkisedek telah datang seorang Imam yang lain,
16 yang menjadi imam bukan menurut hukum perintah jasmani, melainkan menurut kuasa hidup yang kekal.
17 Sebab telah ada kesaksian, “Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya menurut peraturan Melkisedek."
18 Sebab sesungguhnya telah terjadi pembatalan ketetapan yang sebelumnya, karena kelemahannya dan ketidakbermanfaatannya,
19 karena hukum itu tidak membawa kesempurnaan, melainkan pengenalan akan pengharapan yang lebih baik lah, yang melaluinya kita dapat mendekat kepada Tuhan,
20 dan hal ini tidak terjadi dengan tanpa sumpah, mereka (imam-imam sebelumnya) memang menjadi imam tanpa sumpah,
21 tetapi Dia (menjadi Imam Besar) dengan sumpah oleh Dia yang telah berfirman, “Sang TUAN telah bersumpah dan tidak akan menyesal: Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya menurut peraturan Melkisedek.”
22 Dengan demikianlah Yesus (yaitu Y’hoshua) menjadi jaminan dari suatu perjanjian yang lebih baik.
23 Sebab banyak dari mereka yang menjadi imam-imam, karena kematian, mereka tidak dapat lagi tinggal di dalam keimaman mereka,
24 tetapi Dia, karena Dia tetap hidup selama-lamanya, memiliki keimaman yang tidak berubah.
25 Oleh karena itu, Dia juga sanggup menyelamatkan sepenuhnya semua orang yang melalui Dia datang kepada Tuhan, karena Ia hidup selama-lamanya menjadi Pengantara bagi mereka.
26 Sebab Imam Besar yang demikianlah yang kita butuhkan: yang kudus, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa, dan lebih tinggi daripada langit,
27 yang tidak perlu seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari mempersembahkan korban terlebih dahulu untuk dosa-dosa mereka sendiri, baru kemudian untuk dosa-dosa umat. Sebab hal itu Ia lakukan satu kali untuk selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri.
28 Sebab hukum (Torah) menetapkan orang-orang sebagai imam besar yang memiliki kelemahan, tetapi firman sumpah, yang datang setelah hukum itu, menetapkan Sang Anak (sebagai Imam Besar) yang telah menjadikannya sempurna untuk selama-lamanya.